Thursday, August 22, 2013

Test Keperawanan.. Kenapa Nggak?

Baru2 ini muncul sebuah wacana yang membuat panas publik, terutama para perempuan: test keperawanan. Berbagai kritik hingga makian dilontarkan kepada para pencetus wacana tersebut. Namun entah kenapa, kali ini gw agak2 enggan ngikutin perkembangan berita tersebut. Selain karena isu seperti ini pernah dilontarkan dahulu, namun juga karena, buat gw, nampak seperti ada kabut manis tipis yang menutupi tujuan akhir dari isu tersebut.

Seperti yang kita ketahui bersama, pemilu sudah dekat. Kurang dari setahun kita akan berhadapan lagi dengan perhelatan besar 5 tahunan bangsa Indonesia. Berbagai isu seringkali dilemparkan ke publik menjelang pemilu berlangsung demi mengangkat suara partai maupun individu. Buat gw, tes keperawanan ini sangat ideal sekali untuk mengangkat suara partai maupun perorangan. Karena test semacam ini pasti akan menimbulkan reaksi yang sangat keras dari berbagai kalangan. Apalagi dengan tidak dapat dilakukannya test keperjakaan. Cocok!

Namun, katakanlah test keperawanan memang berhasil masuk undang2 dan dilaksanakan. Buat gw pribadi, boleh2 aja dilakukan. Kenapa nggak? Gender? Melanggar HAM?


Menurut pengamatan gw, test keperawanan seharusnya punya tujuan untuk menyaring siswi (dan juga siswa) yang dianggap kurang mendapat sentuhan moral dan agama, sehingga harus dipisahkan dan mendapat pelajaran ekstra tentang moral dan agama, demi masa depan mereka sendiri, yang jauh lebih baik. TITIK. Bukan untuk mencari kesalahan, dan juga bukan untuk mengkotak2an. Makanya, test ini harus dilakukan dengan persetujuan murid dan kedua orang tuanya.

Kalo ada test keperawanan, maka harusnya ada test keperjakaan dong! Biar adil!
Pertama2, kita harus bisa pahamin dulu, kalo adil itu bukan berarti sama rata. Kita bukan penganut sosialis. Mengenai test keperjakaan, secara medis pun hal ini tidak dapat dilakukan, jadi memang tidak bisa dipaksakan untuk dilakukan. Bukan karena para pria memperlakukan wanita dengan tidak adil, bukan karena tidak menghargai wanita, bukan karena mengekang wanita. Namun buat gw ada solusi yang bisa dilakukan: Siswi yang kedapatan tidak perawan karena pergaulan bebas, ya tinggal tunjuk aja siapa laki2nya. Sama2 berbuat, sama2 tanggung jawab lah.

Test keperawanan melanggar Hak Asasi Perempuan!
Jangan lupa, Negara juga punya hak untuk berusaha memperbaiki generasinya agar Negara selalu dalam keadaan sehat dari waktu ke waktu. Dan yang paling sering kita lupa, bahwa kita juga punya hak untuk menjadi yang lebih baik lagi. Test ini seharusnya tidak melanggar hak siapa2 apabila dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan dan orang tuanya. Toh untuk diri sendiri juga.

Kalo pake persetujuan2 gitu, yaa mana ada yang mau ditest.
Iya sih, kalo para orang tua lebih mengedepankan rasa malu dibanding punya anak yang menjunjung tinggi agama, moral, dan adat istiadat.

Kesian kan, malu kalo sampe ketauan, berasa ada stempel dijidatnya.
Pandang mereka sebagai individu yang mau mengakui kesalahannya, dan berusaha untuk menjadi manusia yang jauh lebih baik lagi. Apa itu kurang membanggakan? Atau anda lebih suka berkubang dalam kesalahan? Bukankah nilai seorang wanita tidak bisa diukur dari perawan atau tidaknya dia? atau itu cuma dimulut aja?

Udah pernah nyoba search di google pake kata kunci siswi/mahasiswi? Coba deh. Abis gitu search pake kata kunci siswa/mahasiswa. Gw bukan masalahin gendernya, tapi itu potret saat ini, banyak siswi, siswa, mahasiswa, mahasiswi yang salah arah pergaulan, dan banyak siswa/mahasiswa/laki2 dan sedikit perempuan, yang dengan membabi buta mencari, lalu membuka situs2 porno, dan kemudian menyebarkannya kembali.

Posisikan diri anda di posisi para orang tua. Bukankah lebih menenangkan ketika memiliki anak yang terdidik dengan baik secara agama, moral, dan adat istiadat? Meskipun anak kita pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya?

Dan orang tua juga harus bisa memposisikan diri di posisi anak2. Tentunya akan sangat sulit sekali mengakui kesalahan tabu yang pernah dilakukan. Sehingga dukungan dan pengertian para orang tua juga wajib ada.

Hal negatif yang terjadi saat ini adalah resiko yang harus dihadapi atas keterbukaan informasi, begitupula dengan hal positif yang terjadi. Jadi ya cuma peranan orang tua, pendidikan agama dan moral, dan yang pasti, diri kita sendiri, yang menentukan ada di pinggan yang mana kita berada.

Ingat, nilai seorang wanita tidak bisa diukur dari perawan atau tidaknya. Jadi, kenapa emangnya kalo di test keperawanannya? Toh hasilnya nggak akan mempengaruhi apa2.


“Every saint has a past, and every sinner has a future” – Oscar Wilde

No comments:

Post a Comment