Beberapa waktu yang lalu, gw sempet liat iklan di
youtube, iklan pertama yang gw tonton sampe abis, karena emang jalan ceritanya
tampak menarik.
Kurang lebih ceritanya kayak gini:
Di suatu daerah di Thailand, ada seorang anak yang
hanya tinggal bersama ibunya. Mereka, hidup dibawah garis kemiskinan, dan
berdua saling membantu untuk mencari nafkah guna makan sehari2. Hingga pada
suatu ketika, ibu dari anak tersebut jatuh sakit.
Melihat sang ibu sakit2an hingga tidak mampu
beraktifitas seperti biasa, sang anak bertekad ingin membelikan obat untuk
ibundanya, hanya saja uang yang dimiliki tidak cukup untuk membeli obat.
Seperti kebanyakan anak pada usianya, sang anak
mencari cara termudah untuk bisa mendapatkan obat. Dan karena keterbatasannya
sang anak memilih untuk mencuri obat dari apotik yang berada di daerah dimana
sang anak tersebut mencari nafkah.
Namun sialnya, sang anak tertangkap tangan ketika
sedang mencuri obat2an untuk ibunya, hingga dia dipukuli oleh pemilik toko obat
dan beberapa warga yang kebetulan ada di toko tersebut.
Tidak jauh dari tempat anak tersebut dipukuli,
seorang penjual mie melihat kejadian tersebut dari tokonya, dan kemudian datang
untuk membantu sang anak tersebut dengan menghentikan pengeroyokan dan membayar
obat yang dicuri sang anak. Sang penjual mie tersebut kemudian mengajak sang
anak ke tokonya, dan setelah mengetahui maksud sang anak mencuri obat, penjual
mie tersebut membungkuskan makanan untuk sang anak dan ibunya yang sedang
sakit.
Anak gadis penjual mie tersebut kemudian membawa
ayahnya untuk berobat kerumah sakit, dan kemudian terkejut melihat banyaknya
biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan ayahnya di rumah sakit. Dengan
bisnis mie yang tidak bisa berjalan karena sang ayah terbaring dirumah sakit,
anak penjual mie tersebut terpaksa menjual tokonya beserta semua isi2nya untuk
dapat melunasi biaya rumah sakit.
Kemudian, ketika anak penjual mie tersebut hendak
membayar biaya pengobatan, ternyata dia mendapati bahwa biaya2 tersebut sudah
ada yang membayarnya.
Tebak siapa yang bayar? Sang anak pencuri obat yang
saat itu sudah menjadi dokter di rumah sakit tersebut.
***
Biasanya, jalan cerita seperti ini sudah bisa kita
tebak akhirnya, bahwa setiap kebaikan, seperti apapun bentuknya, akan kembali
kepada kita pada waktunya. Yang menolong, kemudian menjadi yang ditolong. Cerita
motivasi yang sudah umum bagi kita semua.
Hingga kemarin malam, gw baca postingan Ika Natasha
di Twitter. Ika Natasha menceritakan kisah yang sama, yang dia dengar dari
atasannya, yang atasannya dengar dari kliennya. Kisah yang sama, dengan
kesimpulan, moral point dari sudut pandang yang berbeda.
Moral point-nya adalah RASA TAKUT. Yang menjelaskan,
mengapa setelah 30 tahun berlalu, penjual mie tetaplah penjual mie, dan mengapa
sang anak pencuri obat menjadi seorang dokter.
Rasa takut yang mendasari sang anak pencuri obat
hingga akhirnya bisa mencapai prestasi yang luar biasa. Rasa takut untuk
kehilangan ibunya, rasa takut untuk tetap berada di bawah garis kemiskinan,
rasa takut untuk kembali harus mencuri obat hanya karena dia tidak memiliki
uang yang cukup. Rasa takut ini yang kemudian mengantarnya untuk tetap berusaha
keras mengapai prestasi.
Lalu kemudian sang penjual mie. Dia tetap menjadi
penjual mie, mengapa? Karena dia tidak memiliki rasa takut. Dengan bisnis
mie-nya yang bertahan lama, dia terlena dengan zona nyamannya. Hingga pada
akhirnya, meski 30 tahun telah berlalu, dia tetaplah seorang penjual mie. Mungkin
apabila dia mampu me-maintain rasa takutnya, mungkin setelah 30 tahun dia akan
punya cabang dimana2. Namun, sekali lagi, karena zona nyamannya-lah dia
mengesampingkan rasa takutnya, hingga tanpa disadari, dia sudah berjalan
santai, sementara banyak orang sudah mulai berlari.
Kebanyakan dari kita, terkadang tidak menyadari
bahwa kita sedang berada di zona nyaman kita. Zona yang membuat kita lupa akan
potensi yang sebenarnya kita miliki, membuat kita tidak mampu mengeluarkan
kemampuan terbaik kita untuk menaklukan dunia. Zona yang membuat kita berhenti
menimba ilmu, hingga bahkan membuat kita tidak ingin membagikan ilmu yang kita
miliki.
Gw pernah ada disituasi yang seperti itu
dilingkungan kerja gw. Ketika gw si anak baru, kemudian mampu menguasai semua,
dan melibas para senior2 yang sudah bertahun2, bahkan belasan dan puluhan tahun
bekerja. Mereka berada di zona nyaman mereka, mereka enggan untuk ‘keluar’
mencari ilmu, enggan beradaptasi dengan hal2 baru, lantas membenci siapapun
yang mengusik ketenangan mereka, hingga menghasut kanan kiri untuk berada
disisi mereka. Zona nyaman kita, membuat kita merasa berlari kencang, padahal
kita sedang berjalan santai.
Rasa takut juga yang membuat sang anak pencuri obat
tidak menjadi penjahat dimasa dewasanya. Dia takut dihakimi, dia takut
melakukan kesalahan yang kemudian membuat orang lain marah, sehingga membuatnya
berusaha sekuat tenaga untuk tetap berada di’jalur’ yang tepat, di jalan yang
benar.
Maintain rasa takut kita dengan menjaga ia tetap ada dalam
diri kita, agar kita selalu waspada, dan jangan biarkan rasa takut itu
membatasi, karena kita pun tidak akan kemana2 ketika takut mendominasi.
No comments:
Post a Comment